Sabtu, 09 Oktober 2010

Woman’s Position in Politic on Islam

How Islam talks about the leadership of woman in politic, especially when Megawati was elected to be the president on 1999 Election. I think that is only a change of our politic. So, the topic is not theological but it is only political subject. It proves that our Islamic life has dominated and involves to our politic. Al-Qur’an tells about Prophet Sulaiman and Queen Bilqis. And then, Al-Azhar University was founded by Fathimiyah Dynasty, the last daughter of Prophet Muhammad because in the past, a dynasty was led by a queen and queen is a woman.
I think there is no barrier in Indonesia about woman mobility in anything subject : education, politic, economy, etc. Case of Megawati cannot be based on fiqh (one of rule in Islam). It is very political. For me, it will be more questionable if the female president is Zakiah Darajat or another woman muslim activist. Is MUI or muslim society give same respond to Megawati? Every citizen, man or woman, good moslem not has same opportunity or challenge to get position in politic. Maybe men could be more firm than women but we can find a firm woman like Sri Mulyani and a soft man like Susilo Bambang Yudhoyono. Female politician can be more careful but it depends on their selves.

Friendship

In my opinion, friend is someone who knows you well and like you anyway. Sometimes a friend knows yourself more than parent or lover. He/she knows what's your favorite food, who’s your favorite football player, and how your habits, they accept it without much comment. I love to have friends like that. They make me comfort because I do not have to be someone else to make friends with them. I liked them as is. Like me too, I do not claim my friend should be like me. I like them anyway. A friendship with variety of characters is really fun. You will know how to communicate with people who have different trait from the other. The diversity of nature will make you rich in life experience. In the past, I have a friend who is very different from mine. I also wonder, how can we were united. She is known as a richgirl in school, but she never was proud of it. She knew that the wealth was not hers, but her parent. I spend my break time with her at school. We exchanged our lunch and share gossip about some guys that we like. She was very feminine and tidy to arrange her school stuff. Sometimes she helped me to put in order my books before the break. I was slightly careless in doing something and she’s always there beside me to help. I didn’t know how to return her kindness. What I do just remind her to not eat foods that are prohibited the doctor and accompanied her at the school clinic when flag ceremony was held every Monday, because she has a heart disorder. Until now, we still communicate. We uphold the friendship, because we believe that friendship which we started in the past will impact the future. A lover may come and go, but true friend will always be in my heart.

MEMBUAT SINOPSIS DAN MENGANALISA BUKU “MEMBONGKAR GURITA CIKEAS”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan

Sinopsis
Belum reda kontroversi penonaktifan Wapres Boediono dan Menkeu Sri Mulyani terkait skandal Bank Century, kini muncul lagi kontroversi yang tak kalah hebohnya. Setelah kontroversi jilid satu melanda wapres dan menteri, kontroversi jilid dua menimpa Presiden SBY.
Kontroversi dipantik oleh buku “Membongkar Gurita Cikeas: Dibalik Skandal Bank Century” karya George Aditjondro yang mengkritisi yayasan-yayasan di sekitar SBY. Ada dugaan aliran dana yang tidak jelas mengalir ke yayasan tersebut sehingga perlu dilakukan audit independen.
Dugaan George bukannya tak berdasar. Dalam struktur kepengurusan beberapa yayasan, terdapat sejumlah nama yang pernah dan masih aktif di lingkungan BUMN. Selain itu, sokongan dana dari pengusaha hitam juga sempat dikabarkan masuk ke salah satu yayasan.
Dengan melakukan audit pada yayasan seperti Yayasan Puri Cikeas, Yayasan Mutu Manikam Nusantara, Majelis Dzikir SBY, dan Yayasan Kepedulian dan Kesetiakawanan, maka publik bisa tahu berapa besar dana yang masuk serta darimana sumbernya. Termasuk juga adanya dugaan dana dari LKBN Antara yang masuk ke tim kampanye SBY.
George mengklaim, masih banyak data yang belum ia ungkap di dalam buku terkait sumber dana kampanye SBY. Ia juga menyayangkan pihak KPU dan Bawaslu yang tidak meneliti secara mendalam tentang tim kampanye dan dana kampanye yang digunakan SBY.
Analisis
Membongkar Gurita Cikeas menjadi buku yang sangat populer belakangan ini. Mengapa? Saat masyarakat tengah fokus pada pemberitaan seputar Bank Century, sang penulis George Junus Aditjondro membeberkan data-data baru perihal bank yang telah berganti nama menjadi Mutiara Bank tersebut lewat sudut pandang yang berbeda yaitu, mengaitkannya dengan seluruh kegiatan yang berpusat di Cikeas, kediaman pribadi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Buku ini bukanlah buku akademik, melainkan buku populer yang sarat akan asumsi penulis sehingga tidak dapat dijadikan refensi dalam menulis karya ilmiah. Hal ini dibuktikan dengan tulisan George Junus Aditjondro ini mengarah pada tuduhan, baik itu tersirat maupun tersurat, sebagaimana yang telah lama kita ketahui beliau sedikit berani dalam berbicara seputar ketidakpuasannya terhadap pemerintah.
Pada bagian awal bukunya, George mempertanyakan reaksi SBY yang dinilai tebang pilih saat mengetahui namanya dicatut dalam rekaman pembicaraan yang mengindikasikan kriminalisasi terhadap Bibit Samad Rianto dan Chandra M.HamzaH. Beliau membandingkannya dengan kasus Zaenal Maarif yang dilaporkan Presiden karena menyebarkan fitnah bahwa sebelum menjadi taruna di Akademi Militer, SBY telah menikah dan memiliki anak perempuan serta menjadi wali dalam pernikahan anaknya tersebut.
Dalam suatu wawancara dengan Juru Bicara Kepresidenan saat itu Dino Patti Djalal di Kantor Presiden (27/10), Presiden menegaskan bahwa tidak pernah ada pembicaraan kepada siapapun mengenai posisi Wakil Jaksa Agung. Lewat juru bicaranya Presiden SBY kembali menegaskan itu adalah aksi pencatutan nama oleh orang yang diberitakan menyatakan itu dalam rekaman dan sama sekali tidak benar. Presiden mengharapkan masyarakat tak terpengaruh pada berita pencatutan nama itu.1
Nah, berbeda konteksnya bukan? Saya pikir rekaman tersebut adalah pembicaraan dua orang secara pribadi dan kebetulan disadap serta diperdengarkan dalam sidang, sehingga orang-orang yang namanya dicatut tidak bisa memberikan klarifikasi. Sedangkan Zaenal Maarif saat itu terang-terangan berbicara di depan media, sehingga mantan anggota DPR yang dulu digadang-gadang menjadi menteri agama tersebut harus meminta maaf secara tertulis kepada SBY di sejumlah media cetak nasional.
Secara keseluruhan, yang patut diacungi jempol adalah 80% tulisannya mengandung kebenaran. Selebihnya ada yang sangat saya sayangkan mengenai Grup Sampoerna yang disebut-sebut sebagai penyokong dana kampanye partai Demokrat. Penulis seharusnya jangan menggunakan kata Grup Sampoerna. Karena yang ada hanya PT Sampoerna Tbk. Grup Sampoerna mengarah pada definisi seluruh anggota keluarga Sampoerna.
Pada bagian tengah buku, penulis membeberkan fakta-fakta yang mencengangkan kita semua. Beliau mengaitkan yayasan-yayasan keagamaan dan sosial yang berafiliasi dengan SBY ada kaitannya dengan mobilisasi politik dan ekonomi orang nomor satu negeri ini.
Setelah membaca lebih jauh, pastilah kita ikut merasa perihatin sekaligus bertanya-tanya. Benarkah sebagian anggaran Negara digunakan untuk kepentingan yayasan sebagai kendaraan politik dan ekonominya. Terlalu dini sekali kita berasumsi demikian.
Salah satu yayasannya adalah Majelis Dzikir Nurussalam oleh Yayasan Majelis Dzikir Nurussalam yang melibatkan beberapa pejabat Negara dalam struktur organisasinya. Dalam benak saya, apa salahnya para pejabat menjabat posisi stategis di yayasan tersebut? Bukankah sebuah yayasan apalagi yayasan sosial sewajarnya mendapatkan dana sumbangan dari donator tetap, hibah ataupun sumbangan dari pemerintah? Nah, yang sama-sama kita takuti adalah dana yayasan tercampur dengan anggaran Negara. Itulah yang juga dipikirkan George Junus Aditjondro, sang penulis buku fenomenal Membongkar Gurita Cikeas.
Sebuah yayasan –yayasan manapun, bila sesuai prosedur mengajukan proposal kepada pemerintah perihal bantuan dana, berhak mendapatkannya. Asalkan menjabarkan untuk kepentinga apa saja dana tersebut secara jelas dan terbuka.
Penulis telah menjabarkan secara mendetail, apa saja visi dan misi, bentuk kegiatan, dan bantuan-bantuan yang telah diberikan lewat yayasan-yayasan yang berafiliasi dengan SBY. Salah satunya adalah Yayasan Kesetiakawanan dan Kepedulian yang memiliki tujuan memberi bantuan sosial dan kemanusiaan kepada seniman dan olahragawan yang berjasa dan berprestasi serta kaum dhuafa, korban bencana alam, dan kelompok masyarakat marjinal yang belum tersentuh program bantuan yang ada. Apa saja bentuk bantuannya, baik itu materi maupun moril telah kita baca sama-sama. Patutkah kita iri kepada mereka yang menerima bantuan bila benar-benar terungkap bahwa yayasan tersebut memakai uang Negara? Sungguh ironis.
Terakhir dari saya adalah buku ini memiliki strategi pemasaran yang baik, dengan embel-embel judul Di Balik Skandal Bank Century. Pada kenyataannya, isi yang menceritakan perihal Bank Century hanya berkisar 30 persen saja.
Kenyataan bahwa George memakai data sekunder atau tidak bukan masalah karena data yang telah ditulis media menjadi data yang dapat dipertanggung jawabkan.

Liburan Seru di Kaki Gunung Semeru

Hawanya dingin dan udaranya pun belum tercemar polusi. Saat cuaca cerah, kamu bisa melihat kemegahan Gunung Semeru dari desa ini. Gunung yang tercatat di buku harian Soe Hok Gie ini setiap paginya mengeluarkan asap tipis pertanda ia masih aktif. Saya menghabiskan masa liburan selama 9 hari di kaki Gunung Semeru, tepatnya di Desa Kalibening, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur.
Perjalanan saya menuju Kalibening bukanlah perjalanan biasa. Berangkat dari Jakarta, saya beserta om, tante, sepupu, dan saudara jauh mama saya, menggunakan mobil untuk pulang ke kampung halaman kami. Kalau kamu bertanya jalur apa yang kami gunakan, pantura atau jalur selatan, bisa dibilang kami memakai kedua-duanya. Dengan berbekal ingatan dan peta mudik dari salah satu operator seluler, kami berangkat ke sana. Satu lagi, Mas Dedi anak sepupu mama saya adalah mantan supir truk yang biasa melewati jalur-jalur alternatif lintas propinsi di Pulau Jawa.
Sembilan hari di sana sudah cukup memberikan banyak pengalaman yang menyenangkan. Ada banyak tempat-tempat indah yang tidak akan saya dapatkan di kota. Alamnya yang masih hijau, hamparan sawah dan kebun, tebung-tebing tinggi, serta liukan sungai yang mengalir deras, semuanya indah di mata saya.
Saya telah mengunjugi banyak tempat selama liburan. Saya pernah ke pasar dekat Terminal Gadang, Malang hanya untuk ngabuburit dan menunggu bus menuju Lumajang. Di sana saya memperhatikan proses tawar-menawar harga menggunakan bahasa Jawa. Di lain hari, saya berkekreasi ke Waduk Karangkates setelah pulang dari Blitar menuju Lumajang. Saat hendak balik ke Lumajang, kami mampir sejenak ke Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang. Saya sangat kagum dengan Stadion kebanggaan arek Malang itu.
Mungkin memang benar, Arema Indonesia adalah klub terbaik saat ini. Lihat seperti apa denyut perekonomian di dalam lingkungan stadion. Saya langsung membayangkan bagaimana mereka membiayai operasional Kanjuruhan, markas Singo Edan –julukan Arema. Kios-kios yang tertata rapi di sana menjual pernak-pernik resmi klub maupun pernak-pernik produkan distro. Selain itu, halaman luar stadion yang luas digunakan untuk arena lintasan balap motor yang diadakan rutin di luar musim kompetisi Liga Super Indonesia.
Ada juga spot-spot tertentu yang digunakan untuk hiburan dan rekreasi maupun pendidikan seperti taman lalu lintas, kolam renang serta taman bermain anak selayaknya pasar malam. Mencari makanan pun tak susah. Ada banyak gerobak yang menjual bakso Malang dan makanan lainnya yang berseliweran di sekitar halaman stadion. Jangan lupa cicipi sate 02, sebutan untuk sate bekicot.
Liburan kali ini adalah liburan dan lebaran pertamaku di desa tanpa orang tua. Banyak kebiasaan-kebiasaan di sini yang berbeda dengan yang saya alami saat berlebaran bersama orang tua. Contohnya, Idul Fitri di sini tidak ada ketupat ataupun lontong. Mereka baru masak secara besar-besaran pada H+7 setelah lebaran.
Saya baru bertemu dengan orang tua pada H+3 Idul Fitri. Mereka sebelumnya pergi ke Sumedang untuk berziarah ke makam orang tua papa. Tak lupa saya melepas kangen dan bermaaf-maafan dengan mereka.
Sehari setelah kedatangan orang tua saya, kami beserta rombongan keluarga besar jalan-jalan ke sebuah jembatan di Lumajang yang terkenal karena sungai di bawahnya biasa dilewati aliran lahar dingin saat Gunung Semeru meletus. Jalan menuju jembatan tersebut berkelok-kelok dengan jurang di sampingnya. Jika kamu tak terbiasa dengan jalanan seperti itu, mungkin kamu akan merasa mual dan pusing. Saya sangat menikmati pemandangan yang terhampar indah walau rasa mual masih terasa.
Tak terasa waktu liburan saya sudah hampir habis. Saya harus berkemas-kemas untuk kembali ke Jakarta. Walaupun saya hanya bertemu dengan orang tua selama beberapa hari, saya sudah cukup senang. Saya tidak cemas tidak bertemu lagi dengan mereka karena liburan yang akan datang saya pasti akan pulang ke Batam.
Perjalanan pulang yang kami tempuh sepenuhnya lewat jalur utara. Kami sempat beberapa kali berhenti untuk istirahat di Semarang, Pekalongan, Indramayu, Tol Mertapada di Cirebon, dan terakhir di Tol Cikampek. Perjalanan ini jauh lebih santai, bahkan menempuh waktu lebih dari 24 jam saking seringnya kami berhenti untuk istirahat.
Banyak hal-hal baru yang saya dapatkan di sana. Baik itu kebiasaan masyarakatnya, tempat-tempat indahnya, sampai orang-orang yang baru saya kenal. Saya tidak akan menolak jika diajak berlibur ke sana lagi.

Identifikasi Sistem Sosial dan Budaya di Masyarakat Perum Kelapa Dua, Tangerang

1. Sistem sosial

Sistem sosial tercipta dari interaksi sosial dalam lingkungan. Kami mengambil sampel sebuah sistem sosial yang berkembang dan di kembangkan masyarakat Perum Kelapa Dua, Tangerang. Masyarakat di sana menggunakan standar penilaian umum, yakni mengacu pada kebudayaan islam, walaupun masyarakatnya majemuk dengan berbagai latar belakang budaya, agama dan adat istiadat. Jadi, masyarakat di sana cenderung agamis.
Banyak cara yang dilakukan masyarakat di sini untuk menjaga hubungan antar warga. Salah satu contohnya adalah melakukan senam jantung sehat yang rutin dilakukan setiap hari Minggu sebulan sekali, sistem ronda malam yang dilakukan para pemuda, gotong royong, dan yang paling mencirikan budaya islam adalah memfokuskan kegiatan masyarakat di masjid, seperti rapat RT/RW atau penyuluhan-penyuluhan kesehatan dari puskesmas.
Sistem sosial tak lepas dari aturan, norma, dan nilai. Wajib lapor bagi pendatang baru dan menyerahkan fotokopi kartu identitas ke RT/RW adalah aturan yang diberlakukan di Kelapa Dua. Hal ini bermaksud agar masyarakat dapat saling memantau dan menjaga setiap warganya. Dalam hal norma-norma yang berlaku, masyarakat cenderung memberikan perhatian lebih pada kesopanan dan kesusilaan.
Ada satu contoh yang dapat menggambarkan bagaimana norma dalam masyarakat di Kelapa Dua dijaga. Seorang warga –perempuan –pendatang baru pernah ditegur pemilik kost karena membawa laki-laki ke dalam rumah. Pemilik kost tersebut diberi tahu oleh warga lainnya yang pernah melihat hal itu. Walaupun pemilik kost akhirnya tahu, bahwa perempuan tersebut membawa masuk temannya untuk memakai komputer di dalam rumah,hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di sana menjaga norma dan nilai yang mereka ciptakan. Kita tak bisa menyangkal bahwa fungsi interaksi sosial dalam masyarakat di sana adalah fungsi pengawasan, dalam hal ini mengawasi agar nilai dan norma tetap terjaga.

2. Sistem Budaya

Hampir mirip dengan sistem sosial, sistem budaya di Kelapa Dua sangat erat dengan nilai dan norma yang dibangun masyarakatnya. Contoh kasus, bendera kuning menjadi tanda ada seorang warga yang baru saja meninggal dunia. Pengurus masjid biasanya akan langsung mengabarkan kabar duka tersebut, dan warga berbondong-bondong ingin membantu proses pemakaman, kelancaran serta kenyamanan lalu lintas dalam perumahan tanpa ada perintah langsung. Tak ada warga yang terganggu dengan keramaian yang ditimbulkan. Lain hal bila kita tinggal di kompleks perumahan dengan sistem cluster. Di sana, sudah ada petugas keamanan yang mengatur, yang mengurus semua hal untuk pemakamannya pun dari kalangan yang terbatas, karena memprioritaskan kenyamanan dan privasi warganya.

Rabu, 19 Mei 2010

By Blood, We Care



Mari Bangkit Lewat Kepedulianmu

Untuk memanfaatkan momen Hari Kebangkitan Nasional, mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara menggelar kegiatan donor darah yang melibatkan civitas akademika UMN sendiri, para staf dan masyarakat sekitar. Kegiatan ini tak hanya bertujuan untuk menjalin hubungan baik mahasiswa dengan masyarakat, tetapi juga merupakan wujud rasa peduli terhadap teman-teman yang membutuhkan darah. Sebagaimana kita ketahui PMI sebagai pihak pengumpul darah memiliki stok yang terbatas.

Ide kegiatan donor darah ini sendiri murni datangnya dari mahasiswa, khususnya mahasiswa kelas F Program Studi Ilmu Komunikasi angkatan 2009 yang pada awalnya bertujuan untuk melaksanakan proyek mata kuliah Public Relation sebagai bentuk kegiatan yang dapat membangun corporate communication. Akan tetapi, animo yang tinggi dari mahasiswa UMN dan masyarakat sekitar pada kegitan ini membuat semangat pemuda dari mahasiswa berkobar, apalagi setelah mendapat dukungan penuh dari pihak kampus. Ada sedikitnya 200 orang yang berpartisipasi dalam kegiatan yang bertemakan By Blood We Care ini.

Pendonoran darah akan dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2010 pukul 10.00 WIB hingga pukul 14.00 WIB dan bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia Kota Tangerang. Personil PMI yang dilibatkan berjumlah 10 orang sedangkan panitia pelaksana kegiatan ini sendiri berjumlah 40 orang dengan 3 orang ketua pelaksana. Selain itu, Lions Club Cabang Gading Serpong sebagai organisasi non pemerintah yang fokus pada pengabdian terhadap masyarakat ikut berpartisipasi dalam menyukseskan acara tersebut.

“Kegiatan ini bukan sekedar aplikasi keilmuan semata, namun ini juga merupakan CSR yaitu bentuk tanggung jawab sosial mahasiswa.” Ujar Kaprodi Ilmu Komunikasi Dra. Bertha Sri Eko, M.Si saat dijumpai di ruangannya pada hari Selasa (18/5).

Kegiatan ini diharapkan dapat membangun kepedulian terhadap sesama dan memperkenalkan UMN kepada masyarakat sebagai kampus memberi perhatian lebih pada kegiatan-kegiatan sosial semacam ini.

Rabu, 12 Mei 2010

Il Capitano Franco Baresi


Foto Bareng Franco Baresi, legenda hidup AC Milan