Minggu, 25 September 2011
Nasib Mal di Batam: Mati Satu Tumbuh Seribu
Minggu, 14 Agustus 2011
AC Milan Glories vs Indonesia All Star Legends
JAKARTA - Setelah kedatangan Cesc Fabregas, Giovanni van Bronckhorst, dan Rio Ferdinand, kali ini suporter Indonesia akan dimanjakan oleh kedatangan tim senior AC Milan. Bagi teman-teman penggemar klub yang berjuluk I Rossoneri atau Si Merah Hitam ini, datang dan saksikan pertandingan amal antara pemain-pemain senior Milan melawan para pemain legendaris tim nasional Indonesia. Pertandingan bertajuk Milan Glorie akan digelar pada 4 September 2011 pukul 13.30 WIB.
Tim AC Milan Glories akan diisi oleh eks bintang-bintang Milan seperti Alessandro Costacurta, Christian Panucci, Cafu, Serginho, Nelson Dida, Giuseppe Favalli, Franco Baresi George Weah, Daniele Massaro dan lain-lain. Sedangkan Hendro Kartiko, Ponaryo Astaman, Bima Sakti, dan Widodo C. Putro adalah nama-nama yang akan memperkuat Indonesia All Star Legends dari 19 pemain yang terpilih. Eks pemain Timnas Indonesia ini akan diarsiteki oleh Benny Dollo.
Pertandingan ini termasuk ke dalam program Asia Disaster Relief Tour 2011. Program dimulai di Osaka 31 Agustus dan dilanjutkan di Jakarta empat hari berselang. Sebagian dari hasil penjualan tiket pertandingan ini akan disumabangkan melalui organisasi Nahdlatul Ulama. Selain itu, AC Milan Foundation juga akan menyumbangkan dana tambahan sebesar 50 ribu dollar AS.
Tiket pertandingan sudah tersedia mulai Rabu (3/8) dan dijual secara on-line melalui tiku.co.id, rajakarcis.com, ibudibjo.com, dan plasa.com, serta melayani pula penjualan langsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Tiket mulai Kategori III dijual seharga Rp 50.000 rupiah, sedangkan termahal VVIP seharga Rp 2.000.000 rupiah.
Untuk teman-teman yang ingin bergabung dalam membuat koreo dan tarian khusus di tribun stadion bersama Milanisti Indonesia (MI), official supporter AC Milan, dapat membeli tiket untuk kategori I seharga Rp 150.000 rupiah. Tiket ini bisa didapatkan di IBM Hanggar Futsal, Pancoran, homebase Milanisti Indonesia. Sedangkan bagi teman-teman yang sudah menjadi member MI, dapat menikmati harga khusus yakni Rp 120.000 rupiah untuk tiket kategori ini.
Teman-teman yang berdomisili di Tangerang tak perlu khawatir, karena Milanisti Indonesia Basis Tangerang (MILITAN) akan membantu mengakomodir penjualan tiket dan transportasi penonton dari Tangerang. Follow twitter MILITAN @MI_Tangerang untuk informasi lebih lanjut dan ikuti perkembangan berita kedatangan tim kesayangan kalian di @MilanistiOrId.
Pastikan liburan kalian kali ini menjadi liburan yang menyenangkan. Bagi yang merayakan Idul Fitri, bisa memanfaatkan momen ini untuk berkumpul bersama keluarga dalam suasana yang tak biasa. Say it loud! Ale, ale, ale Milan ale... forza lotta, vincerai non ti lasceremo mai...
Selasa, 31 Mei 2011
Dia Tak Semanis Es Teh
Yanto alias Coy berjualan di SD Cihuni 2, Tangerang sejak tahun 2004. Tak banyak yang tau kalau ia kabur dari Brebes karena telah melukai seorang siswa saat tawuran antar sekolah.
Yanto datang ke Tangerang tahun 2003. Saat itu ia masih kelas satu SMA di Brebes, kampung halamannya. Sebuah peristiwa mengubah hidupnya seketika.
Pada suatu hari, terjadi tawuran antar sekolah, sekolah Yanto dan SMA tetangga. Ia adalah salah satu yang terlibat di dalamnya. Yanto saat itu membawa cutter sebagai senjatanya.
Bermaksud membela diri, ia tak sengaja melukai leher seorang siswa. Ia panik. Yang diingatnya hanyalah kedua orang tuanya di Tangerang. Dengan masih memakai seragam sekolah, ia nekat menyusul orang tuanya yang lebih dulu merantau ke Tangerang.
Baju masih bersimbah darah. Luka tampak di sana-sini, di sekujur tubuhnya. Ia nekat kabur dari Brebes menuju Tangerang naik bis karena hanya ingin selamat. Ia takut dituntut. Takut masuk penjara. “Waktu itu polisi datang ke sekolah dan saya ketakutan.” imbuhnya mengenang.
Orang tuanya heran melihat kedatangannya. “Waktu ditanya ada apa? Saya hanya menjawab bosan sekolah saja. Saya belum berani mengaku kalau saya kabur ke sini karena telah melukai anak orang” jelasnya.
Sekarang, setelah bertahun-tahun lalu peristiwa itu, ia telah siap mengatakan hal yang sebenarnya pada kedua orang tuanya. “Lagipula peristiwanya sudah lama. Saya sudah tak ketakutan lagi dan orang tua juga pasti tak panik sekali.” tambahnya.
Di tahun 2003, ia tak langsung berjualan. Ia masih bermain-main dengan teman-teman yang dikenalnya di Tangerang. “Saya melihat ada teman saya yang berjualan. Saya malu dengan orang tua. Masa mau main harus minta sama orang tua.” pikirnya waktu itu.
Akhirnya ia memutuskan untuk berjualan. Usaha pertamanya adalah otak-otak yang dijualnya di Kampuung Bambu, Bonang. Masih belum puas, ia mencoba bekerja dengan menunggui warung milik orang lain. “Nungguin warung gaji gak tersisa. Hanya bisa bayar kontrakan dan uang makan.” ceritanya.
Tak lama kemudian, dengan modal awal 700 ribu rupiah, ia membuat gerobak sendiri dan berjualan es teh manis yang sekarang dijajakan di halaman samping SD Cihuni 2, seberang kampus Universitas Multimedia Nudantara.
Coy – begitu ia disapa anak-anak Cihuni, menyebutkan kalau modal untuk berjualan es setiap hari sebesar 70 ribu rupiah. Dengan uang segitu, ia dapat membeli teh, es balok, dan gula pasir.
Keuntungannya hanya 40 ribu rupiah setiap hari. “Itu belum balik modal.” katanya sambil melayani Iqbal, siswa kelas 5 SD yang membeli es teh buatan Yanto. Dengan penghasilannya, ia mengaku masih merugi.
Tak ingin membuang kesempatan, Yanto pun berjualan pada malam harinya. Pada malam hari, ia menjual es kelapa muda di pasar malam. “Sehari bisa dapat 130 ribu di pasar malam.” ujarnya puas.
Ia berjualan di sana dari pukul lima sore hingga pukul sepuluh malam. Hasilnya lumayan, ia bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari lebih dari cukup.
Selama berjualan, banyak pengalaman menarik yang pernah terjadi. Baik saat berjualan es teh manis maupun es kelapa di pasar malam.
“Saya dan teman-teman sering memisahkan anak-anak berkelahi di lapangan. Palingan gara-gara main bola.” akunya.
Lain cerita saat ia berjualan es kelapa muda di pasar malam. Ia pernah mendorong motornya hingga pukul lima pagi menuju kontrakannya di Bonang karena mogok. “Kejadian itu tidak pernah saya lupakan.” kenangnya sambil tersenyum.
Yanto menjelaskan, kalau pasar malam yang ia datangi selalu berpindah-pindah tempat. Bulan ini di Danau Kelapa Dua, bulan depan bisa di tempat lain.
Sewa tempatnya pun tak mahal. Hanya Rp 8.000,00 per malam. Namun, ia harus membayar Rp 30.000,00 untuk pendaftaran pertama. “Itu biaya listrik dan pemasangan lampu.” Tambah pria yang baru saja menikah ini.
Yanto mengaku, kadang ia merasa jenuh dengan pekerjaannya saat ini. “Usaha begini-begini saja. Tapi mau bagaimana lagi, ijazah SMA saya tidak punya.” tukasnya menyesal.
Untuk melepas uneg-unegnya, ia sering berbagi cerita kepada teman-teman sesama pedagang di SD Cihuni 2. Bapak Komar, pedagang martabak mini yang berjualan tak jauh dari gerobak es teh manisnya, menjadi teman curhatnya.
Begitu pula dengan Bang Ridan penjual cilok dan Pak Haji penjual nasi uduk. Mereka adalah teman-teman Yanto yang selalu siap mendengarkan keluh kesah pria berkulit sawo matang ini.
“Yanto itu orangnya asik, fair, dan punya pemikiran yang dewasa.” Ungkap Bang Komar si penjual martabak mini.
Selain curhat untuk meringankan beban pikiran, ia mempunyai hobi memancing dan bermain catur. “Saya sering mancing di Danau Kelapa Dua.” Kata pemuda yang dulu bercita-cita menjadi pelukis ini.
Diakuinya, olahraga catur menjadi alternatif untuk meringankan beban pikiran karena pikirannya hanya tertuju pada papan catur saat bermain, bukan yang lain. “Seolah-olah masalah hilang, karena papan aja dipikirin.” Ujarnya setengah bercanda.
Dulu, anak ke dua dari lima bersaudara ini memiliki cita-cita. Ia bercita-cita menjadi pelukis. “Saya suka menggambar. Saya merasa di dalam gambar ada kehidupan.” ujarnya.
Pernah suatu hari ia memperhatikan pelukis jalanan dari pagi hingga sore hanya ingin melihat bagaimana pelukis tersebut memainkan kuasnya. “Waktu itu di Jatinegara. Saya tongkrongin pelukisnya.” Katanya semangat.
Kini, ia hanya berharap agar kehidupannya membaik. Tak hanya pikirannya yang membaik saat bermain catur saja. Ia sungguh-sungguh ingin menebus kesalahannya yang dulu.
Sampai saat ini, ada keinginan untuk menjenguk nenek-kakeknya di Brebes. Ia ingin meminta maaf. “Tapi belum ada biaya untuk pulang.” akunya.
Rabu, 02 Maret 2011
Pulpen Cantik
Aduh, udah gak jaman lagi pake pulpen yang bentuknya standar. Sekarang, banyak model pulpen cantik lho, dengan variasi bentuk dan tokoh kartun favoritmu. Ayo! Pilih warna dan tokoh favoritmu. Jadikan kegiatan belajarmu menyenangkan, dengan ditemani SpongeBob, Doraemon, Mickey Mouse, dan yang lainnya.
Harganya murah kok. Mulai dari Rp 3.500,00 sampai Rp 10.000,00.
Buruan beli, soalnya tok terbatas. Kita gak nyediain model yang sama dengan jumlah yang banyak. tapi kita nyediain banyak variasi dari pulpen-pulpen cantik ini. dengan begitu, dijamin gak ada orang yang pake model pulpen yang sama kayak kamu.
Untuk pemesanan, dapat dilakukan via email, FB, dan Twitter di:
gadis_milanisti@yahoo.co.id (email & FB)
twiter.com/risakosasih6 (twitter)
Atau kamu langsung aja posting di kolom komentar di blog ini, dengan format:
Nama:
No. yg bisa d hub:
Jenis Pesanan:
Jumlah:
Terimakasih! salam satu jiwa!
Selasa, 14 Desember 2010
Launching I'M KOM
Halo teman-teman UMN dari seluruh fakultas dan angkatan!
Ayo datang dan hadiri Acoustic Corner di Lobby UMN pada hari Kamis, 16 Desember 2010 pukul 16.00 - selesai, yang dilanjutkan dengan Nonton Bareng Semifinal Piala AFF 2010 antara Filipina vs Indonesia pukul 18.30-selesai di Function Hall. Acara ini berlangsung dalam rangka Launching HMJ Ilkom, I'M KOM.
Jumat, 10 Desember 2010
Terlambat
Keruh
Bau
Tak beberapa lama, mati
Putih menjadi hitam
Mekar menjadi layu
Sudah layu, lalu mati
Manusia ternoda
Manusia berdosa
Mati, tak berharga
Kapan menjadi wangi?
Kapan menjadi putih?
Belum putih, sudah mati
Hujan emas di negeri orang
Hujan batu di negeri sendiri
Kasihan…
Lebih baik mati.