Sabtu, 09 Oktober 2010

Liburan Seru di Kaki Gunung Semeru

Hawanya dingin dan udaranya pun belum tercemar polusi. Saat cuaca cerah, kamu bisa melihat kemegahan Gunung Semeru dari desa ini. Gunung yang tercatat di buku harian Soe Hok Gie ini setiap paginya mengeluarkan asap tipis pertanda ia masih aktif. Saya menghabiskan masa liburan selama 9 hari di kaki Gunung Semeru, tepatnya di Desa Kalibening, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur.
Perjalanan saya menuju Kalibening bukanlah perjalanan biasa. Berangkat dari Jakarta, saya beserta om, tante, sepupu, dan saudara jauh mama saya, menggunakan mobil untuk pulang ke kampung halaman kami. Kalau kamu bertanya jalur apa yang kami gunakan, pantura atau jalur selatan, bisa dibilang kami memakai kedua-duanya. Dengan berbekal ingatan dan peta mudik dari salah satu operator seluler, kami berangkat ke sana. Satu lagi, Mas Dedi anak sepupu mama saya adalah mantan supir truk yang biasa melewati jalur-jalur alternatif lintas propinsi di Pulau Jawa.
Sembilan hari di sana sudah cukup memberikan banyak pengalaman yang menyenangkan. Ada banyak tempat-tempat indah yang tidak akan saya dapatkan di kota. Alamnya yang masih hijau, hamparan sawah dan kebun, tebung-tebing tinggi, serta liukan sungai yang mengalir deras, semuanya indah di mata saya.
Saya telah mengunjugi banyak tempat selama liburan. Saya pernah ke pasar dekat Terminal Gadang, Malang hanya untuk ngabuburit dan menunggu bus menuju Lumajang. Di sana saya memperhatikan proses tawar-menawar harga menggunakan bahasa Jawa. Di lain hari, saya berkekreasi ke Waduk Karangkates setelah pulang dari Blitar menuju Lumajang. Saat hendak balik ke Lumajang, kami mampir sejenak ke Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang. Saya sangat kagum dengan Stadion kebanggaan arek Malang itu.
Mungkin memang benar, Arema Indonesia adalah klub terbaik saat ini. Lihat seperti apa denyut perekonomian di dalam lingkungan stadion. Saya langsung membayangkan bagaimana mereka membiayai operasional Kanjuruhan, markas Singo Edan –julukan Arema. Kios-kios yang tertata rapi di sana menjual pernak-pernik resmi klub maupun pernak-pernik produkan distro. Selain itu, halaman luar stadion yang luas digunakan untuk arena lintasan balap motor yang diadakan rutin di luar musim kompetisi Liga Super Indonesia.
Ada juga spot-spot tertentu yang digunakan untuk hiburan dan rekreasi maupun pendidikan seperti taman lalu lintas, kolam renang serta taman bermain anak selayaknya pasar malam. Mencari makanan pun tak susah. Ada banyak gerobak yang menjual bakso Malang dan makanan lainnya yang berseliweran di sekitar halaman stadion. Jangan lupa cicipi sate 02, sebutan untuk sate bekicot.
Liburan kali ini adalah liburan dan lebaran pertamaku di desa tanpa orang tua. Banyak kebiasaan-kebiasaan di sini yang berbeda dengan yang saya alami saat berlebaran bersama orang tua. Contohnya, Idul Fitri di sini tidak ada ketupat ataupun lontong. Mereka baru masak secara besar-besaran pada H+7 setelah lebaran.
Saya baru bertemu dengan orang tua pada H+3 Idul Fitri. Mereka sebelumnya pergi ke Sumedang untuk berziarah ke makam orang tua papa. Tak lupa saya melepas kangen dan bermaaf-maafan dengan mereka.
Sehari setelah kedatangan orang tua saya, kami beserta rombongan keluarga besar jalan-jalan ke sebuah jembatan di Lumajang yang terkenal karena sungai di bawahnya biasa dilewati aliran lahar dingin saat Gunung Semeru meletus. Jalan menuju jembatan tersebut berkelok-kelok dengan jurang di sampingnya. Jika kamu tak terbiasa dengan jalanan seperti itu, mungkin kamu akan merasa mual dan pusing. Saya sangat menikmati pemandangan yang terhampar indah walau rasa mual masih terasa.
Tak terasa waktu liburan saya sudah hampir habis. Saya harus berkemas-kemas untuk kembali ke Jakarta. Walaupun saya hanya bertemu dengan orang tua selama beberapa hari, saya sudah cukup senang. Saya tidak cemas tidak bertemu lagi dengan mereka karena liburan yang akan datang saya pasti akan pulang ke Batam.
Perjalanan pulang yang kami tempuh sepenuhnya lewat jalur utara. Kami sempat beberapa kali berhenti untuk istirahat di Semarang, Pekalongan, Indramayu, Tol Mertapada di Cirebon, dan terakhir di Tol Cikampek. Perjalanan ini jauh lebih santai, bahkan menempuh waktu lebih dari 24 jam saking seringnya kami berhenti untuk istirahat.
Banyak hal-hal baru yang saya dapatkan di sana. Baik itu kebiasaan masyarakatnya, tempat-tempat indahnya, sampai orang-orang yang baru saya kenal. Saya tidak akan menolak jika diajak berlibur ke sana lagi.

2 komentar:

  1. kapan kapan ya ris....liburan bareng ku pulang kampung...heheehe

    BalasHapus
  2. Termakasih anda telah berkunjung.sy orang candipuro.

    BalasHapus